Kamis, 29 Maret 2018

Kisah Nusaibah binti Ka'ab (Perisai Rasulullah SAW)





 Assalamualaikum w.w.

Hallo temen-temen, Aneka remaja aku kali ini akan berbagi kisah tentang salah satu sahabat Rasulullah SAW. yaitu Nusaibah binti Ka'ab, wanita perkasa dan pemberani dalam sejarah islam hingga ia di juluki sebagai perisai Rasulullahi SAW. yang wafatnya di sambut oleh para malaikat.

Ketika itu Nusaibah sedang berada di dapur. Suaminya Said, sedang tidur di bilik tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nusaibah mengira, itu pasti tentara musuh karena memang beberapa hari belakangan ketegangan memuncak di kawasan Gunung Uhud.

Setelah mendengar peristiwa itu, dia bergegas meninggalkan apa yang sedang dilakukannya, dan masuk ke bilik. Suaminya yang sedang tertidur dengan halus dan lembut dikejutkannya.

"Suamiku tersayang," ujarnya, "Aku mendengar suara pelik menuju ke Uhud. Mungkin orang-orang kafir telah menyerang."

Said yang masih belum sadar sepenuhnya langsung tersentak. Dia menyesal mengapa bukan dia yang mendengar suara itu, malah istrinya.

Dia segera bangun dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu dia menyiapkan kuda, Nusaibah menghampiri. Dia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.

"Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang," pintanya dengan haru.

Said memandang wajah istrinya. Setelah mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah ada keraguan padanya untuk pergi ke medan perang.

Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju ke utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya.

Senyum yang tulus itu semakin mengobarkan keberanian Said. Di rumah, Nusaibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas.

Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda yang tampaknya sangat gugup. "Ibu, salam dari Rasulullah," berkata si penunggang kuda, "Suami Ibu, Said, baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid."

Nusaibah tertunduk sebentar, "Innalillah...," gumamnya, "Suamiku telah menang perang. Terima kasih ya Allah."

Setelah pemberi kabar itu, Nusaibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, "Amar, kau lihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah syahid. Aku sedih karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan bagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?"

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar. "Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi."

Mata Amar bersinar-sinar. "Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak tadi. Aku ragu-ragu seandainya Ibu tidak memberi peluang kepadaku untuk membela agama Allah."

Putra Nusaibah yang berbadan kurus itu pun terus menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak terlihat ketakutan sedikit pun dalam wajahnya.

Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri. "Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayahku yang telah gugur."

Rasulullah dengan terharu memeluk anak muda itu. "Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu."

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung hingga petang. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan mereka menuju ke rumah Nusaibah.

Setibanya di sana, wanita yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita. "Ada kabar apakah gerangannya?" serunya gementar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, "Apakah anakku gugur?"

Utusan itu menunduk sedih, "Betul…."

Nusaibah meremang bulu tengkuknya. "Hai utusan," ujarnya, "Kausaksikan sendiri aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu, izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang."

Sang utusan mengerutkan keningnya. "Tapi, engkau wanita, ya Ibu…."

Nusaibah tersinggung, "Engkau meremehkan aku karena aku wanita? Apakah wanita tidak ingin juga masuk surga melalui jihad?"

Nusaibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas menghadap Rasulullah dengan kuda yang ada.

Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nusaibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum. Beliau SAW meminta Nusaibah bergabung dengan para Muslimah yang merawat pasukan yang terluka.

"Pahalanya sama dengan yang bertempur," katanya.

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nusaibah pun segera menenteng obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur.

Dirawatnya mereka yang luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terpercik darah di rambutnya. Ia memandang kepala seorang tentera Islam tergolek terbabat senjata orang kafir.

Di sini timbul kemarahan Nusaibah menyaksikan kekejaman ini. Apalagi, ketika dilihatnya Nabi terdesak karena serangan musuh, Nusaibah tidak dapat menahan diri lagi.

Ia bangkit dengan gagah berani dan diambilnya pedang perajurit yang tewas itu. Dia menaiki kudanya. Lalu, bagaikan singa betina, ia mengamuk.

Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa musuh Allah pun tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang musuh mengendap dari belakang dan melukainya. Ia tercatat menderita tak kurang 12 luka demi menjadi perisai Nabi SAW. ia terjatuh dan terinjak injak oleh kuda yang di tunggangi, kemudian datanglah seorang pemuda islam yang saat itu sedang melihat Nusaibah tengah tergeletak penuh luka. "Apakah kau istrinya said?" tanya pemuda itu., "ya,, berikan lah aku pedang itu, biarkanlah aku kembali berjihad di jalan Allah .!".
"Tidak, lebih baik kau obati lukamu itu."
"Apakah engkau ingin menghalangiku untuk melindungi Baginda Rasulullah SAW!" Nuasaibah menjawab dengan tegas hingga membuat pemuda itu terdiam dan memberikan pedangnya. seketika Nusaibah pun bangkit tanpa rasa takut dan kembali menumbangkan puluhan jiwa musuh allah, hingga ia tewas karena ada seorang kaum kafir yang melukai lehernya dengan sebilah pedang. langit yang cerahpun berubah menjadi kelabu. Rasulullah yang menyaksikan kejadian itupun berkata " lihatlah langit yang cerah berubah menjaadi mendung, sesungguhnnya itu adalah bayangan para malaikat yang menyambut arwah Nusaibah"


Masyaallah, semoga kita dapat menjadikan cerita ini sebagai motivasi kita dan meningkatkan serta menguatkan keistiqamahan kita terhadap  Allah SWT.

Wassalamualaikum w.w
 
sumber: 
facebook : Motivasi Hijrah Indonesia
http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/10/02/nvkwo218-nusaibah-binti-kaab-perisai-rasulullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

lirik Shalawat Ya Habibal Qalbi